Perang Waddan
Serangan keempat yang dikenal sebagai Perang Waddan, adalah serangan pertama yang mana Muhammad ikut ambil bagian secara langsung. Dikatakan bahwa dua belas bulan setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sendiri memimpin penyerbuan kafilah ke Waddan (Abwa). Tujuannya adalah untuk mencegat kafilah milik orang Quraisy dan Bani Dzamrah. Para penyerang tidak berhasil mendapatkan posisi dari kafilah-kafilah Quraisy sehingga kafilah Quraisy lagi-lagi berhasil lolos.Meski gagal menyerang kafilah Quraisy, namun kaum Muslim berhasil mencegat kafilah-kafilah milik Bani Dzamrah. Kedua belah pihak melakukan negosiasi dan akhirnya kedua pemimpin menandatangani perjanjian untuk tidak saling menyerang. Bani Dzamrah berjanji untuk tidak menyerang para Muslim atau bersekutu dengan kaum Quraisy, dan Muhammad berjanji untuk tidak menyerang kafilah-kafilah Bani Dzamrah atau merampas barang-barang mereka.
Perang Waddan atau Perang Abwa adalah pertempuran pertama yang melibatkan pasukan Muslim dan Nabi Muhammad. Penyergapan Kafilah berlangsung 623-624, yang kemudian menyebabkan Perang Badar. Pertempuran ini disebut Ghazawat, yang meupakan pertempuran di mana Muhammad ikut mengambil bagian. Sebagian besar pertempuran yang terjadi di Waddan Abwa hanyalah pertempuran kecil: terkadang hanya penembakan anak panah dan tanpa korban; yang kemudian menjadi awal dari konflik yang lebih besar.
Latar belakang
Latar belakang
Setelah Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah pada tahun 622, kaum Quraisy menyita barang mereka tinggalkan. Dari Madinah, beberapa Muslim menyerang kafilah-kafilah Quraish yang melakukan perjalanan dari Syria ke Mekah. Pada tahun 624, Abu Sufyan memimpin salah satu kafilah, dan ketika para muslim menyergap kafilah, dia kemudian meminta bantuan dari Quraish. Hal ini kemudian mengakibatkan Perang Badar, yang berakhir dengan kemenangan Muslim. Namun, Abu Sufyan berhasil pulang ke Mekah. Kematian para pemimpin Quraisy yang dalam pertempuran Badar menjadikannya sebagai pemimpin Mekah.[1] Abu Sufyan kemudian masuk Islam dan menjadi salah satu sahabat nabi setelah Muhammad menunjukkan belas kasihan kepadanya ketika Mekah dikuasai. Dalam sebuah hadist yang terkenal Abu Sufyan berkata:
“ | Ini, mataku, yang telah terluka demi Allah dan Islam | ” |
Serangan terhadap Kafilah Bani Dzamrah
Kafilah-kafilah Bani Dzamrah disergap. Negosiasi dimulai dan kedua pemimpin (Muhammad dan Makhsyi bin Amr Adz-Dzamrah) menyetujui perjanjian untuk tidak saling menyerang, Bani Dzamra berjanji untuk tidak menyerang Muslim atau sisi dengan Quraish.[1] Menurut sarjana muslim al-Zurqani, isi dari perjanjian adalah sebagai berikut:
“ | Surat ini adalah dari Muhammad, Rasullulah, mengenai Bani Dzamrah. Yang mana ia (Muhammad) jaga keselamatan dan keamanan dari nyawa dan harta mereka. Mereka dapat meminta bantuan dari pihak Muslim, kecuali bila mereka menentang agama Allah. Diharapkan bagi mereka untuk membantu nabi bila dimintai bantuan | ” |
[3][4]
Catatan kaki
1. ^ a b Haykal, Husayn (1976), The Life of Muhammad, Islamic Book Trust, hlm. 217–218, ISBN 9789839154177, http://books.google.co.uk/books?id=fOyO-TSo5nEC&pg=PA218&dq=raid+on+quraysh+caravan#v=snippet&q=first%20raids&f=false
Tidak ada komentar:
Posting Komentar