Nama: Jefry Anthony
NPM: 180910140069
Sastra Arab
Budaya sedikit banyak mempengaruhi
unsur-unsur manusia dalam menjalani kehidupannya. Dahulu, orang-orang
berpergian menggunakan delman. Dan beberapa tahun kemudian, orang-orang
berpergian menggunakan taksi, mobil atau kendaraan umum.
Dahulu sekali, orang mendengarkan musik
menggunakan gramophone atau piringan hitam. Kini orang-orang mendengarkan musik
menggunakan telepon genggam atau mp3 player, dimana segala sesuatunya menjadi
mungil dan mudah dibawa kemana-mana.
Demikian juga dalam dunia pendidikan. Dulu sekali
para murid menulis menggunakan papan hitam kecil berupa batu tulis, kemudian
setelah kertas ditemukan mereka menulis menggunakan buku. Masa dewasa ini,
tidak hanya buku saja yang digunakan. Para siswa bisa menulis menggunakan
komputer, laptop hingga tablet.
Bila tidak mengikuti arus perkembangan
jaman dan mengikuti budaya populer, seseorang dikatakan kuno dan ketinggalan
jaman. Dan parahnya lagi, orang tidak memiliki persepsi yang sama mengenai apa
itu budaya populer.
Hari ini kita banyak dipersaksikan
fenomena-fenomena yang tiba-tiba trending dan ngehits di dunia maya yang datang
dari negara lain yang masuk ke negara kita yang entah itu baik atau tidak,
sesuai atau tidak dengan budaya kita. Banyak dari masyarakat yang begitu
menikmati dan bahkan dengan bangga meniru dan mengikuti budaya populer yang
datang dari negara luar yang secara tidak langsung sudah melunturkan tradisi
budaya lokal.
Williams mengemukakan beberapa pandangan
mengenai budaya , yaitu proses perkembangan spiritual dan intelektual,
pandangan hidup dari masyarakat dan karya serta praktik intelektual. Maka jika
berbicara mengenai budaya populer, berarti penggabungan antara makna kedua dan
ketiga ; yaitu pandangan hidup dari masyarakat yang kemudian diaplikasikan
dalam praktik intelektual kehidupan sehari-hari.
Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata
”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1)
banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk
menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya
sendiri (Williams, 1983: 237).
Budaya populer (sering juga dikenal sebagai
budaya pop) merupakan kumpulan gagasan-gagasan, perspektif-perspektif,
sikap-sikap, dan fenomena-fenomena lain yang dianggap sebagai sebuah
kesepakatan atau konsensus informal dalam sebuah kebudayaan arus utama pada
akhir abad kedua puluh hingga abad kedua puluh satu. Budaya populer ini banyak
dipengaruhi oleh media massa dan ia mempengaruhi kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Diantara budaya yang sedang populer
tersebut adalah K Pop dari negara Korea, PPAP dari negara Jepang, pergaulan
bebas dari negara-negara Barat dan lain sebagainya yang tidak terhitung
jumlahnya. Sebagai kaum terpelajar alangkah baiknya jika kita menyaring
terlebih dahulu dari budaya populer tersebut mana baik kita ambil manfaatnya
dan yang buruk kita kita tinggalkan.
Pada realitanya ternyata kaum terpelajarlah
yang paling banyak terpengaruh oleh budaya populer tersebut yang dengan bangga meniru
dan mengikutinya. Di mulai dari pakaian, tingkah laku bahkan waktunya mereka
habiskan untuk menonton drama Korea atau anime dari Jepang yang seharusnya para
pelajar tersebut menghabiskan waktunya dengan produktif dan melakukan hal-hal
yang bermanfaat untuk kebaikan masa depannya.
Beberapa dampak negatif yang bisa diuraikan
antara lain:
a) Dalam budaya popular yang mengagungkan
segala sesuatu yang instan , maka dalam dunia pendidikan juga dikenal “tugas
instan” dan “ijazah instan”. Dengan maraknya internet, para siswa tak perlu
repot memikirkan tugas. Cukup browsing lalu copy-paste, tanpa adanya proses
belajar maupun repot-repot memasukkan narasumber. Demikian juga “ijazah
instan”, yang bisa dibeli di internet. Dengan mengeluarkan sejumlah uang dan
ketrampilan editing, tak perlu repot-repot kuliah ; seseorang akan langsung
bisa punya ijazah dan gelar.
b) Sekolah beramai-ramai menggunakan label
“plus” atau “internasional” meskipun tidak mengedepankan kurikulum dan proses
belajar-mengajar yang baik. Karena masyarakat memandang, sesuatu yang berlabel
“bule” maka akan lebih baik dibandingkan budaya “lokal”.
c) Gaya bahasa yang semakin semrawut baik
di kalangan pelajar, pengajar maupun masyarakat umum. Di forum internet, kita
bisa menebak seseorang dari tulisannya. Kini jarang sekali orang berbicara
dalam bahasa yang baik dan benar. Di Internet saja terdapat berbagai gaya
menulis, yang salah satunya adalah MeNULis SEpeRti INI. Dari internet, SMS lalu
terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari.
d) Gaya berpakaian yang meniru gaya pakaian
budaya luar. Di kalangan pelajar siswi, maka rok dibuat semakin minim. Di
kalangan pelajar siswa, celana dibuat longgar sekali seperti penyanyi rapper
atau dibuat sangat ketat seperti trend yang ada sekarang. Penulis sendiri
sering menemukan para pelajar yang datang ke kampus menggunakan celana jeans
yang sobek di daerah lutut dan jaket bertudung, meniru gaya penyanyi remaja
Kanada yang sedang terkenal yaitu Justin Bieber.
e) “Stage name” atau nama panggung. Kini
kalangan para pelajar tak lagi saling memanggil dengan nama mereka yang biasa,
misalnya Tuti,Ani, Budi dan lain sebagainya. Mereka punya “nama panggung”
masing-masing. Budi maka dipanggil Budi-kun meniru budaya Jepang, Tuti
dipanggil Kim Tuti meniru budaya Korea dan lain sebagainya.
Walaupun budaya populer bisa memberikam
dampak negatif tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa bahwa budaya populer juga
bisa memberikan dampak positif yang bermanfaat. Kita bisa mempelajari bahasa
dan budaya tersebut yang tidak melulu kita diajarkan bahasa dan budaya dari
negara Inggris.
Beberapa dampak positif dari budaya populer
antaran lain:
a) Seragam sekolah kini banyak menggunakan
rompi dan dasi, mengadaptasi dari gaya seragam sekolah ala Jepang dan Korea.
Tidak lagi hanya sekedar paduan rok dan kemeja atau rok dan celana. Kini motif
dan coraknya pun beragam. Ada yang batik, ada yang motif kotak-kotak. Semuanya
menambah kesemarakan dari tradisi seragam sekolah yang biasa dan polos.
b) Karena mewabahnya budaya Jepang, Korea
dan Cina ; kini banyak juga sekolah yang mengajarkan bahasa-bahasa tersebut
selain bahasa Inggris. Di tempat les lain juga mulai banyak permintaan untuk
bahasa selain Inggris. Era pasar bebas membuat dunia pendidikan juga harus
memutar otak agar para siswa bisa berbicara bahasa lain selain Inggris.
c) Mewabahnya budaya Korea dan Jepang
membuat sekolah juga membuat ekskul yang berkaitan dengan kedua budaya
tersebut. Istilah seperti baju tradisional Hanbok korea, kebudayaan cosplay
(costume play) Jepang kini mulai dikenal di masyarakat luas.
d) Dengan meningkatnya teknologi,
pendidikan tidak harus berlangsung dalam kelas. Kini guru bisa membuka blog dan
menjawab email hingga chatting di situs jaringan sosial. Maka kegiatan belajar
mengajar dapat berlangsung bebas.
e) Dalam budaya populer dikenal pula budaya
hybrid, yaitu menggabungkan dua hal menjadi satu. Agar pendidikan tidak
membosankan maka diciptakanlah “edutainment”(education + entertainment) .
Dimana kegiatan menonton film dan membahas novel bukan berarti kegiatan yang
membuang waktu, namun juga suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang produktif.
Kita tidak mungkin menutup mata dan
melarang para pelajar untuk terus meniru budaya tersebut, selama budaya yang
ditiru tersebut positif, meningkatkan kreatifitas dan menambah ilmu
pengetahuan.
Yang terpenting adalah meningkatkan
kesadaran dan kebijaksanaan bagi baik kalangan pelajar maupun pengajar agar
memanfaatkannya dari segi yang positif dan memperbaiki dari segi yang negatif.
Yaitu membentuk “mindset” atau pola pikir yang baik.
Seperti yang diungkapkan oleh
Laurence.J.Peter,”Education is a method whereby one acquires a higher grade of
prejudice” . Maka jelaslah bahwa dengan pendidikan maka seseorang akan lebih
bisa menganalisa dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Dan dalam hal
ini, mengolah dan menganalisa budaya populer.
Karena kedua hal ini jelas adanya, bahwa
kebudayaan dan pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan erat satu sama
lainnya. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila
pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Dengan pendidikan dan kebudayaan yang dapat
berjalan baik, maka akan semakin maju pula bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar