Senin, 17 Oktober 2016

Pengaruh Budaya Populer Terhadap Budaya Lokal


Nama: Jefry Anthony
NPM: 180910140069
Sastra Arab

Budaya sedikit banyak mempengaruhi unsur-unsur manusia dalam menjalani kehidupannya. Dahulu, orang-orang berpergian menggunakan delman. Dan beberapa tahun kemudian, orang-orang berpergian menggunakan taksi, mobil atau kendaraan umum.

Dahulu sekali, orang mendengarkan musik menggunakan gramophone atau piringan hitam. Kini orang-orang mendengarkan musik menggunakan telepon genggam atau mp3 player, dimana segala sesuatunya menjadi mungil dan mudah dibawa kemana-mana.

Demikian juga dalam dunia pendidikan. Dulu sekali para murid menulis menggunakan papan hitam kecil berupa batu tulis, kemudian setelah kertas ditemukan mereka menulis menggunakan buku. Masa dewasa ini, tidak hanya buku saja yang digunakan. Para siswa bisa menulis menggunakan komputer, laptop hingga tablet.

 Bila tidak mengikuti arus perkembangan jaman dan mengikuti budaya populer, seseorang dikatakan kuno dan ketinggalan jaman. Dan parahnya lagi, orang tidak memiliki persepsi yang sama mengenai apa itu budaya populer.

Hari ini kita banyak dipersaksikan fenomena-fenomena yang tiba-tiba trending dan ngehits di dunia maya yang datang dari negara lain yang masuk ke negara kita yang entah itu baik atau tidak, sesuai atau tidak dengan budaya kita. Banyak dari masyarakat yang begitu menikmati dan bahkan dengan bangga meniru dan mengikuti budaya populer yang datang dari negara luar yang secara tidak langsung sudah melunturkan tradisi budaya lokal.

Williams mengemukakan beberapa pandangan mengenai budaya , yaitu proses perkembangan spiritual dan intelektual, pandangan hidup dari masyarakat dan karya serta praktik intelektual. Maka jika berbicara mengenai budaya populer, berarti penggabungan antara makna kedua dan ketiga ; yaitu pandangan hidup dari masyarakat yang kemudian diaplikasikan dalam praktik intelektual kehidupan sehari-hari.

Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237).

Budaya populer (sering juga dikenal sebagai budaya pop) merupakan kumpulan gagasan-gagasan, perspektif-perspektif, sikap-sikap, dan fenomena-fenomena lain yang dianggap sebagai sebuah kesepakatan atau konsensus informal dalam sebuah kebudayaan arus utama pada akhir abad kedua puluh hingga abad kedua puluh satu. Budaya populer ini banyak dipengaruhi oleh media massa dan ia mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Diantara budaya yang sedang populer tersebut adalah K Pop dari negara Korea, PPAP dari negara Jepang, pergaulan bebas dari negara-negara Barat dan lain sebagainya yang tidak terhitung jumlahnya. Sebagai kaum terpelajar alangkah baiknya jika kita menyaring terlebih dahulu dari budaya populer tersebut mana baik kita ambil manfaatnya dan yang buruk kita kita tinggalkan.

Pada realitanya ternyata kaum terpelajarlah yang paling banyak terpengaruh oleh budaya populer tersebut yang dengan bangga meniru dan mengikutinya. Di mulai dari pakaian, tingkah laku bahkan waktunya mereka habiskan untuk menonton drama Korea atau anime dari Jepang yang seharusnya para pelajar tersebut menghabiskan waktunya dengan produktif dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kebaikan masa depannya.

Beberapa dampak negatif yang bisa diuraikan antara lain:

a) Dalam budaya popular yang mengagungkan segala sesuatu yang instan , maka dalam dunia pendidikan juga dikenal “tugas instan” dan “ijazah instan”. Dengan maraknya internet, para siswa tak perlu repot memikirkan tugas. Cukup browsing lalu copy-paste, tanpa adanya proses belajar maupun repot-repot memasukkan narasumber. Demikian juga “ijazah instan”, yang bisa dibeli di internet. Dengan mengeluarkan sejumlah uang dan ketrampilan editing, tak perlu repot-repot kuliah ; seseorang akan langsung bisa punya ijazah dan gelar.

b) Sekolah beramai-ramai menggunakan label “plus” atau “internasional” meskipun tidak mengedepankan kurikulum dan proses belajar-mengajar yang baik. Karena masyarakat memandang, sesuatu yang berlabel “bule” maka akan lebih baik dibandingkan budaya “lokal”.

c) Gaya bahasa yang semakin semrawut baik di kalangan pelajar, pengajar maupun masyarakat umum. Di forum internet, kita bisa menebak seseorang dari tulisannya. Kini jarang sekali orang berbicara dalam bahasa yang baik dan benar. Di Internet saja terdapat berbagai gaya menulis, yang salah satunya adalah MeNULis SEpeRti INI. Dari internet, SMS lalu terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari.

d) Gaya berpakaian yang meniru gaya pakaian budaya luar. Di kalangan pelajar siswi, maka rok dibuat semakin minim. Di kalangan pelajar siswa, celana dibuat longgar sekali seperti penyanyi rapper atau dibuat sangat ketat seperti trend yang ada sekarang. Penulis sendiri sering menemukan para pelajar yang datang ke kampus menggunakan celana jeans yang sobek di daerah lutut dan jaket bertudung, meniru gaya penyanyi remaja Kanada yang sedang terkenal yaitu Justin Bieber.

e) “Stage name” atau nama panggung. Kini kalangan para pelajar tak lagi saling memanggil dengan nama mereka yang biasa, misalnya Tuti,Ani, Budi dan lain sebagainya. Mereka punya “nama panggung” masing-masing. Budi maka dipanggil Budi-kun meniru budaya Jepang, Tuti dipanggil Kim Tuti meniru budaya Korea dan lain sebagainya.

Walaupun budaya populer bisa memberikam dampak negatif tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa bahwa budaya populer juga bisa memberikan dampak positif yang bermanfaat. Kita bisa mempelajari bahasa dan budaya tersebut yang tidak melulu kita diajarkan bahasa dan budaya dari negara Inggris.

Beberapa dampak positif dari budaya populer antaran lain:

a) Seragam sekolah kini banyak menggunakan rompi dan dasi, mengadaptasi dari gaya seragam sekolah ala Jepang dan Korea. Tidak lagi hanya sekedar paduan rok dan kemeja atau rok dan celana. Kini motif dan coraknya pun beragam. Ada yang batik, ada yang motif kotak-kotak. Semuanya menambah kesemarakan dari tradisi seragam sekolah yang biasa dan polos.

b) Karena mewabahnya budaya Jepang, Korea dan Cina ; kini banyak juga sekolah yang mengajarkan bahasa-bahasa tersebut selain bahasa Inggris. Di tempat les lain juga mulai banyak permintaan untuk bahasa selain Inggris. Era pasar bebas membuat dunia pendidikan juga harus memutar otak agar para siswa bisa berbicara bahasa lain selain Inggris.

c) Mewabahnya budaya Korea dan Jepang membuat sekolah juga membuat ekskul yang berkaitan dengan kedua budaya tersebut. Istilah seperti baju tradisional Hanbok korea, kebudayaan cosplay (costume play) Jepang kini mulai dikenal di masyarakat luas.

d) Dengan meningkatnya teknologi, pendidikan tidak harus berlangsung dalam kelas. Kini guru bisa membuka blog dan menjawab email hingga chatting di situs jaringan sosial. Maka kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung bebas.

e) Dalam budaya populer dikenal pula budaya hybrid, yaitu menggabungkan dua hal menjadi satu. Agar pendidikan tidak membosankan maka diciptakanlah “edutainment”(education + entertainment) . Dimana kegiatan menonton film dan membahas novel bukan berarti kegiatan yang membuang waktu, namun juga suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang produktif.

Kita tidak mungkin menutup mata dan melarang para pelajar untuk terus meniru budaya tersebut, selama budaya yang ditiru tersebut positif, meningkatkan kreatifitas dan menambah ilmu pengetahuan.

Yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan bagi baik kalangan pelajar maupun pengajar agar memanfaatkannya dari segi yang positif dan memperbaiki dari segi yang negatif. Yaitu membentuk “mindset” atau pola pikir yang baik.

Seperti yang diungkapkan oleh Laurence.J.Peter,”Education is a method whereby one acquires a higher grade of prejudice” . Maka jelaslah bahwa dengan pendidikan maka seseorang akan lebih bisa menganalisa dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Dan dalam hal ini, mengolah dan menganalisa budaya populer.

Karena kedua hal ini jelas adanya, bahwa kebudayaan dan pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan erat satu sama lainnya. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Dengan pendidikan dan kebudayaan yang dapat berjalan baik, maka akan semakin maju pula bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar