Di
dalam As Shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Apabila
seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara
:
1. Shadaqoh jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat,
3. Anak shalih yang mendoakan kepadanya.
2. Ilmu yang bermanfaat,
3. Anak shalih yang mendoakan kepadanya.
Lihatlah
kepada amal-amalmu, dan mawas dirilah sebelum datang ajalmu, karena kematian
menandakan terputusnya amalan dan merupakan permulaan menuai balasan. Kematian
begitu dekat namun kalian tak mengetahui kapan datangnya. Dan perhitungan amal
sangat teliti namun kalian tak mengetahui kapan saatnya. Rambut beruban telah
memberikan tanda peringatan akan kematian, maka bersiaplah menghadapinya.
Maka
dikatakan padanya : “Mustahil, apa yang kau harapkan telah berlalu, kami telah
memperingatkanmu sebelumnya dan kami telah ancam kamu bahwa tidak ada waktu
lagi untuk kembali”.
Allah berfirman (yang artinya) : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Munafiqun : 9-11)
Allah berfirman (yang artinya) : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Munafiqun : 9-11)
Perkara-perkara
itu adalah :
Shadaqah jariyah.
Para
ulama telah menafsirinya dengan wakaf untuk kebaikan. Seperti mewakafkan tanah,
masjid, madrasah, rumah hunian, kebun kurma, mushaf, kitab yang berguna,
sumber-sumber air minum berupa sumur, bak, kran-kran minum dengan pendingin,
dan lain sebagainya. Disini merupakan dalil disyariatkannya mewakafkan barang
yang bermanfaat dan perintah untuk melakukannya, bahkan itu termasuk amalan
yang paling mulia yang bisa dilakukan seseorang untuk kemuliaan dirinya di
akhirat. Yang pertama ini bisa dilakukan oleh para ulama maupun orang awam.
Ilmu yang bermanfaat.
Amalan
ini bisa dilakukan dengan cara seseorang mengajarkan ilmu kepada manusia
perkara-perkara agama mereka. Ini khusus bagi para ulama yang menyebarkan ilmu
dengan cara mengajar, mengarang dan menuliskannya.
Orang
yang awam juga bisa melakukannya dengan cara ikut serta di dalamnya berupa
mencetak kitab-kitab yang bermanfaat atau membelinya lalu menyebarkannya atau
mewakafkannya. Juga membeli mushaf lalu membagikannya kepada orang-orang yang
membutuhkan atau meletakkannya di masjid-masjid.
Berapa
banyak generasi yang diselamatkan Allah dari kesesatan dengan jasa seorang
alim, maka alim itu mendapatkan seperti pahala orang yang mengikutinya sampai
hari kiamat.
Anak shalih
Anak
shalih baik laki-laki maupun perempuan, anak kandung maupun cucu, akan terus
mengalir kemanfaatan mereka untuk para orang tua berkat doa baik yang diterima
Allah untuk ibu bapak mereka. Juga shadaqah yang dilakukan anak-anak shalih
untuk orang tua, juga hajinya, bahkan doa yang diucapkan orang yang pernah
mendapatkan kebaikan dari anak-anak tersebut.
Maka
bertaqwalah kalian wahai para bapak dalam perkara yang berkenaan dengan
anak-anakmu agar mereka menjadi simpanan untukmu dan jangan sampai mereka
menjadikan kalian rugi.Perkara-perkara yang tersebut di dalam hadits tadi
adalah inti dari firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. (QS Yaasiin : 12)Apa yang
telah mereka kerjakan disini maksudnya adalah apa yang mereka lakukan secara
langsung dalam hidupnya berupa amal-amal yang baik maupun yang buruk. Sedang
bekas-bekas yang mereka tinggalkan maksudnya hasil dari amalannya yang terus
terwujud setelah kematiannya yang baik maupun yang buruk.
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia
ini akan berakhir dan akan datang saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia,
sejak yang pertama kali diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan
dibangkitkan dari alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di padang mahsyar.
Selanjutnya, kehidupan akhirat akan berujung pada dua tempat tinggal yang
sesungguhnya, yaitu surga atau neraka. Maka di antara manusia, sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya, akan menjadi penduduk surga dan dikatakan kepada
mereka:
“Makan dan minumlah kalian dengan
penuh kesenangan disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang
telah lalu (saat di dunia).” (Al-Haqqah: 24)
Sementara yang lainnya akan menjadi
penduduk neraka. A’adzanallahu waiyyakum minannaar (semoga Allah l menjauhkan
kita dari siksa api neraka).
Mereka sebagaimana dalam
firman-Nya, akan menyesal di akhirat kelak dengan mengatakan:
“Amat besar penyesalanku atas
kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan aku sungguh dahulu
termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (Az-Zumar: 56)
Sungguh Allah telah menyebutkan
dalam firman-Nya:
“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”
(An-Nazi’at: 37-41)
Allah menyebutkan dalam firman-Nya:
“Sungguh beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”
(Asy-Syams: 9-10)
Al-Imam Ibnu Rajab , berkaitan
dengan ayat ini mengatakan: “Maknanya adalah sungguh telah beruntung orang yang
membersihkan dirinya dengan ketaatan kepada Allah , dan sungguh merugilah
orang-orang yang mengotori dirinya dengan bermaksiat
(kepada-Nya)....”Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang
maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan
kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah berfirman:
“Barangsiapa mengerjakan amal yang
shalih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46)
Ingatlah, bahwa Allah telah
memerintahkan kepada masing-masing orang dua malaikat yang akan mencatat setiap
aktivitasnya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
“(Yaitu) ketika dua malaikat
mencatat amal perbuatannya, satu malaikat ada di sebelah kanan dan yang lain
ada di sebelah kirinya. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada
di dekatnya malaikat yang mengawasi yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar