Hari ini sering sekali kita saksikan
tindakan kriminal yang terjadi terutama di tempat saya tinggal di Jakarta.
Begal, tawuran, gangster, dan lainnya sering kita dapati melalui pemberitaan di
televisi maupun di media sosial di Ibukota. Yang paling membuat sedih, kita
lihat pelakunya adalah para pemuda. Seharusnya masih banyak waktu yang bisa dia
gunakan untuk melakukan hal yang bermanfaat dengan sekolah atau bekerja tapi
malah melakukan tindak kriminal. Sehingga menimbulkan banyak pertanyaan, dimana
peran pemerintah? Dimana peran orang tua? Dimana peran guru? Dan yang paling
penting dimana peran kita?
Di negeri kita banyak sekali lulusan
sarjana dari S1, S2 dan S3 tapi mengapa kita merasa seperti tidak ada perubahan
dengan negeri ini. Menurut Pakar
pendidikan Indonesia, Arief Rachman, yang menjadi panelis
dalam diskusi A Taste Of L’oreal, tersebut
mengatakan bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi yang tak sesuai kebutuhan dunia
industri adalah akibat kesalahan sistem pendidikan Indonesia selama 20 tahun
lalu.
"Selama ini mahasiswa hanya disuruh belajar untuk lulus jadi
sarjana. Mereka hanya mengejar status bukan proses untuk menjadi sarjana.
Akhirnya mereka jadi tak punya pemahaman apa-apa terhadap proses pendidikan
yang sudah dilalui," ujarnya.
Seharusnya peran kita sebagai mahasiswa memanfaatkan waktu kuliah
dengan belajar yang sungguh-sungguh dan aktif dalam kegiatan-kegiatan di
kampus. Sehingga ketika
lulus banyak mahasiswa dengan lulusan berkompeten dalam bidangnya. Dan menjadi promotor
penggerak di asal tempat tinggalnya untuk melakukan perubahan yang lebih
positif dan lebih baik lagi. Sehingga masyarakat di asalnya bisa merasakan manfaatnya
dan meminimalisir tindak kriminal. Seperti mampu mengaktifkan lembaga-lembaga
sosial dan memsosialisasikan hal-hal yang merugikan masyarakat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtQTwKa_H1ajG789UuVYhIxulZSbnUHRg0BAMrIwipmO_kzYwov16K0HKcvoVfIp1VLhtfmzFkP-ykrzh5gv1y7qKJiDtyT1VB932XlXQbu4QhYDLzjjA0twtedFKoVTNFUxg2Gwfsh0yB/s320/1495408303076.jpg)
Susah terserapnya lulusan perguruan tinggi Indonesia karena tidak
memiliki skill yang dibutuhkan perusahaan dan tidak
punya critical skill.
"Skill adalah langkah utama memasuki dunia kerja,
setelah itu harus punya critical skill jika ingin berkembang
dan masuk jajaran manajemen perusahaan," kata Lilis.
Berdasarkan studi itu, Lilis mengatakan bahwa di era digital saat
ini lulusan perguruan tinggi harus punya digital skills, yaitu
tahu dan menguasai dunia digital. Agile thinking ability - mampu
berpikir banyak skenario- serta interpersonal and communication skills -
keahlian berkomunikasi sehingga berani adu pendapat.
Terakhir, menurut dia, para lulusan juga harus punya global
skills. Skil tersebut meliputi kemampuan bahasa asing, bisa padu dan
menyatu dengan orang asing yang berbeda budaya, dan punya sensitivitas terhadap
nilai budaya.
Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan penataan terhadap
sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas
pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaran sistem
pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada penguasaan iptek,
serta merata di seluruh pelosok tanah air.
Demikianlah semuanya memiliki peran yang
penting bagi perubahan negeri ini menuju lebih baik. Tetapi yang paling penting
adalah peran diri sendiri untuk terus belajar di kampus, berkontribusi di
masyarakat dan mengabdi pada negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar