![Image Image](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sZ9tkGDthmP33Z0rMmzXuoAajDQWmwHcNY_fhjoJCX3f9Ep5_y1yD11LTkAbxVbiLNmnbMFMp-37OjRmXwF8Ne0j6cwxs_GaL5mYfbbyewHOq_Odocuml5=s0-d)
Akhlaq dalam Islam itu meliputi dimensi
batiniyah dan lahiriyah sekaligus, apa yang ada dalam hati dan apa yang
tercermin dalam perilaku melalui organ-organ tubuh kita. Inilah yang
membedakan akhlaq dengan etiket. Jika etiket hanya mementingkan apa yang
nampak dari diri seseorang, akhlaq tidak. Dalam konsep akhlaq, yang ada
dalam batin kita harus bersih dan baik – yang kemudian tercermin dalam
perilaku kita. Bukan hanya baik diluarnya, sebagaimana yang terjadi pada
orang yang pura-pura dan mengidap penyakit nifaq.
Pertanyaannya,
mengapa kita harus berakhlaq mulia dan membebaskan diri dari akhlaq
tercela? Jawabannya setidak-tidaknya bisa dijelaskan dalam delapan poin.
Pertama,
misi utama Islam adalah menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim). Bahkan
ibadah-ibadah yang kita lakukan pun selalu dikaitkan dengan pembersihan
jiwa dan pencapaian akhlaq yang mulia. Penjelasannya ada disini.
Kedua, akhlaq yang mulia merupakan warisan
Rasulullah saw, sementara beliau adalah uswah (teladan) kita.
Allah SWT berfirman, ”Dan sesungguhnya kamu )wahai Muhammad) benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam : 4)
Ketiga,
akhlaq merupakan parameter utama keimanan. Rasulullah saw
bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaqnya” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Rasulullah
saw juga mengaitkan akhlaq yang mulia dengan kualitas keimanan.
Diantaranya adalah dalam hadits beliau: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. (HR Muslim).
Bahkan
Rasulullah saw mengecam orang yang berakhlaq buruk dan menyebutnya tidak
beriman. Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah tidaklah beriman, demi
Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman," Mereka (para
sahabat) berkata; "Apa itu wahai Rasulullah?" Rasulullah saw bersabda:
"Yaitu seseorang yang tetangganya tidak bisa aman dari bawa`iqnya".
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah apa itu bawa`iqnya?" Rasulullah saw
bersabda: "Kejelekan dan kejahatannya." (HR Ahmad)
Keempat,
akhlaq yang mulia akan memberatkan timbangan dan meninggikan derajat
seseorang di surga. Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada
sesuatupun yang lebih memberatkan timbangan (kebaikan) (pada Hari
Kiamat) daripada akhlaq yang baik” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu
Hibban). Beliau saw juga menjanjikan rumah di surga yang tertinggi bagi
orang yang baik akhlaqnya. Beliau saw bersabda, Aku menjamin sebuah
rumah di tepi surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan yang tidak
perlu meskipun ia berada di pihak yang benar; dan sebuah rumah di
tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun gurau;
dan sebuah rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaqnya”
(HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih).
Kelima, akhlaq
yang mulia merupakan sebab masuk surga dan terhindar dari neraka.
Rasulullah saw pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: "Takwa
kepada Allah dan akhlak yang mulia." Beliau juga pernah ditanya tentang
sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau
menjawab: "Mulut dan kemaluan." (HR At-Tirmidzi)
Keenam,
akhlaq yang mulia sanggup mengubah permusuhan menjadi persahabatan.
Allah SWT berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. (QS. Fushilat : 34)
Ketujuh,
akhlaq merupakan salah satu faktor terpenting penjaga keistiqamahan
seseorang. Diantara akhlaq-akhlaq penjaga keistiqamahan
tersebut adalah: ikhlas, sabar, tawakkal, kelapangan dada, berani,
jujur, rasa malu dan sebagainya.
Dan kedelapan, akhlaq
merupakan faktor utama bagi keberhasilan dakwah. Perhatikanlah
firman Allah SWT: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu*. (QS. Ali Imran: 159)
*Maksudnya:
urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Karena
itu, Allah SWT berfirman: Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. (QS. An Nahl : 125)
Dengan akhlaq yang
mulia, Rasulullah saw sanggup meluluhkan hati keras seorang Arab Badui
yang secara tidak sopan buang air kecil didalam masjid. Sebagaimana
diceritakan dalam hadits muttafaq ‘alaih, suatu ketika seorang Arab
Badui datang ke masjid Nabi dan buang air kecil di dalam masjid
tersebut. Kontan saja para sahabat yang mengetahui hal itu langsung
marah dan siap memukul Arab Badui tersebut. Tetapi Rasulullah saw
mencegahnya. Bukannya marah-marah, Rasulullah saw justru menunggu si
Badui itu menyelesaikan buang airnya. Setelah itu dengan tenang
Rasulullah saw menyiram tanah yang barusan dikencingi oleh si Badui
tersebut, sementara si Badui hanya tertegun melihatnya. Ternyata dengan
tindakan Rasulullah saw ini, hati si Badui menjadi luluh, dan akhirnya
menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah saw.
Sumber: http://menaraislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar