{وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (61) وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ (62) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (63) }Q.S Al Anfal 61-62
Dan jika mereka condong kepada
perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika mereka
bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi
Pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang
mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu
tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Allah Swt. menyebutkan,
"Bila kamu (Muhammad) merasa khawatir terjadi pengkhianatan dari suatu
kaum, maka kembalikanlah perjanjian mereka kepada diri mereka secara jujur. Dan
jika mereka tetap berkesinambungan memerangi dan memusuhimu, maka perangilah
mereka."
{وَإِنْ جَنَحُوا} dan jika mereka
condong. (Al-Anfal: 61). Yakni cenderung.
{لِلسَّلْمِ} kepada
perdamaian. (Al-Anfal: 61). Yaitu damai dan mengadakan gencatan senjata.
{فَاجْنَحْ لَهَا} maka condonglah
kepadanya. (Al-Anfal: 61)
Maksudnya, cenderunglah kami
kepadanya dan terimalah usulan mereka itu. Karena itu, ketika kaum musyrik pada
tahun Perjanjian Hudaibiyyah mengajukan usulan perdamaian dan gencatan senjata
antara mereka dan Rasulullah selama sembilan tahun, maka Rasulullah Saw.
menerima usulan mereka, sekalipun ada usulan persyaratan lain yang diajukan
mereka.
Abdullah ibnul Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar Al-Maqdami,
telah menceritakan kepadaku Fudail ibnu Sulaiman (yakni An-Numairi), telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Yahya, dari Iyas ibnu Amr Al-Aslami,
dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sesungguhnya kelak akan terjadi perselisihan atau suatu perkara. Jika
kamu mampu mengadakan perdamaian, maka lakukanlah.
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Quraizah, tetapi pendapat ini
masih perlu dipertimbangkan, karena konteks ayat secara keseluruhan berkenaan
dengan kejadian Perang Badar, dan penyebutannya mencakup semua permasalahannya.
Ibnu Abbas, Mujahid, Zaid ibnu
Aslam, Ata Al-Khurrasani, lkrimah, Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa ayat
ini di-mansukh oleh Ayat Pedang (ayat yang memerintahkan berjihad) di dalam
surat At-Taubah. yaitu firman-Nya: {قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ}
الْآيَةَ
Peranglilah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian.(At-Taubah: 29),
hingga akhir ayat.
Pendapat inipun masih perlu
dipertimbangkan, mengingat ayat surat At-Taubah ini di dalamnya disebutkan
perintah memerangi mereka, jika keadaannya memungkinkan. Adapun jika musuh
dalam keadaan kuat dan kokoh, maka diperbolehkan mengadakan perjanjian gencatan
senjata dengan mereka, seperti pengertian yang ditunjukkan oleh ayat yang mulia
ini. Juga seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Saw. dalam perjanjian
Hudaibiyah. Sesungguhnya tidak ada pertentangan dan tidak ada pe-nasikh-an
serta tidak ada pen-takhsis-an dalam kedua ayat tersebut.
Firman Allah Swt.: {وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ}
dan bertawakallah kepada Allah. (Al-Anfal: 61)
Yakni lakukanlah perjanjian
perdamaian dengan mereka dan bertawakallah kepada Allah, karena sesungguhnya
Dialah Yang mencukupi kalian dan Yang akan menolong kalian, sekalipun mereka
bermaksud melakukan tipu muslihat dalam perjanjian perdamaiannya, yaitu untuk
menghimpun kekuatan dan persiapan untuk memerangi kalian di masa mendatang:
{فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ} maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi
pelindung kalian). (Al-Anfal: 62)
Artinya, Dialah semata yang
mencukupi dan yang menjamin kalian. Kemudian Allah Swt. menyebutkan nikmat yang
telah Dia limpahkan kepada orang-orang mukmin dari kalangan Muhajirin dan Ansar
melalui apa yang Dia perbantukan kepada mereka. Untuk itu, Allah Swt. berfirman
:
{هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ
قُلُوبِهِمْ} Dialah yang memperkuat kalian dengan pertolongan-Nya dan
dengan orang-orang mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka. (Al-Anfal:
62-63). Yakni mempersatukannya untuk beriman kepadamu, taat menolongdan
membantumu.
{لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ}
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka (Al-Anfal: 63)
Karena sebelum itu telah ada
permusuhan dan kebencian di antara mereka. Orang-orang Ansar di masa Jahiliah
sering berperang di antara sesama mereka, yaitu antara kabilah Aus dan kabilah
Khazraj. Terjadi pula berbagai peristiwa yang berekorkan kejahatan yang
panjang, sehingga akhirnya Allah memadamkan pertikaian itu dengan nur keimanan,
seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا
حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ}
dan ingatlah akan nikmat Allah
kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah
menjinakkan antara hati kalian, lalu menjadikan kalian karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara, dan kalian telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. (Ali Imran: 103)
Di dalam kitab Sahihain
disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. berkhotbah kepada orang-orang Ansar
mengenai masalah ganimah Hunain. maka beliau bersabda kepada mereka:
Hai orang-orang Ansar, bukankah
aku menjumpai kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah memberikan petunjuk kepada
kalian melalui diriku: dan kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah memberikan
kecukupan kepada kalian melalui diriku; dan kalian dalam keadaan
berpecah-belah, lalu Allah menjinakkan hati kalian melalui diriku. Setiap kali
Rasulullah Saw. mengucapkan sesuatu, mereka menjawab, "Kami hanya beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya."
Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya dalam ayat ini: {وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
tetapi Allah telah mempersatukan
hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Anfal: 63).
Yakni Mahaperkasa Zat-Nya, maka Dia tidak akan mengecewakan orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya: lagi Mahabijaksana dalam semua perbuatan dan hukum-hukum Nya.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Bisyr As-Sairafi Al-Qazwaini di rumah kami,
telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnul Husain Al-Qandili
Al-Istirbazi, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Ibrahim ibnu Muhammad
ibnun Nu'man As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Maimun ibnul Hakam,
telah menceritakan kepada kami Bakar ibnusy Syarud, dari Muhammad ibnu Muslim
At-Taifi, dari Ibrahim ibnu Maisarah, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa kerabat hubungan rahim dapat terputuskan dan pemberian nikmat
dapat diingkari, tetapi belum pernah terlihat suatu perumpamaan yang
mengungkapkan penjinakan hati di antara sesama orang-orang yang bertikai,
karena Allah Swt. telah berfirman: Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. (Al-Anfal:
63), hingga akhir ayat.
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13) }
Q.S Al Hujurat : 13
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.
Allah Swt. menceritakan kepada
manusia bahwa Dia telah menciptakan mereka dari diri yang satu dan darinya
Allah menciptakan istrinya, yaitu Adam dan Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka
berbangsa-bangsa. Pengertian bangsa dalam bahasa Arab adalah sya 'bun yang
artinya lebih besar daripada kabilah, sesudah kabilah terdapat
tingkatan-tingkatan lainnya yang lebih kecil seperti fasa-il (puak), 'asya-ir
(Bani), 'ama-ir, Afkhad, dan lain sebagainya.
Menurut suatu pendapat, yang
dimaksud dengan syu'ub ialah kabilah-kabilah yang non-Arab. Sedangkan yang
dimaksud dengan kabilah-kabilah ialah khusus untuk bangsa Arab, seperti halnya
kabilah Bani Israil disebut Asbat. Keterangan mengenai hal ini telah kami
jabarkan dalam mukadimah terpisah yang sengaja kami himpun di dalam kitab
Al-Asybah karya Abu Umar ibnu Abdul Bar, juga dalam mukadimah kitab yang
berjudul Al-Qasdu wal Umam fi Ma'rifati Ansabil Arab wal 'Ajam.
Pada garis besarnya semua manusia
bila ditinjau dari unsur kejadiannya —yaitu tanah liat— sampai dengan Adam dan
Hawa a.s. sama saja. Sesungguhnya perbedaan keutamaan di antara mereka karena
perkara agama, yaitu ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah sesudah
melarang perbuatan menggunjing dan menghina orang lain, Allah Swt. berfirman
mengingatkan mereka, bahwa mereka adalah manusia yang mempunyai martabat yang
sama:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا}
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
(Al-Hujurat: 13)
Agar mereka saling mengenal di antara
sesamanya, masing-masing dinisbatkan kepada kabilah (suku atau bangsa)nya.
Mujahid telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: supaya kamu saling kenal-mengenal.
(Al-Hujurat: 13) Seperti disebutkan si Fulan bin Fulan dari kabilah anu atau bangsa
anu.
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa
orang-orang Himyar menisbatkan dirinya kepada sukunya masing-masing, dan
orang-orang Arab Hijaz menisbatkan dirinya kepada kabilahnya masing-masing.
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Abdul Malik ibnu Isa As-Saqafi, dari Yazid
Mula Al-Munba'is, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi (hubungan keluarga)
kalian, karena sesungguhnya silaturahmi itu menanamkan rasa cinta kepada
kekeluargaan, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini garib, ia tidak mengenalnya melainkan hanya melalui jalur ini.
Firman Allah Swt.: {إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. (Al-Hujurat: 13)
Yakni sesungguhnya kalian
berbeda-beda dalam keutamaan di sisi Allah hanyalah dengan ketakwaan, bukan
karena keturunan dan kedudukan. Sehubungan dengan hal ini banyak hadis
Rasulullah Saw. yang menerangkannya.
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salam, telah menceritakan kepada kami
Abdah, dari Ubaidillah, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id r.a., dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai orang yang paling
mulia, siapakah dia sesungguhnya? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang
paling mulia di antara mereka di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Mereka mengatakan, "Bukan itu yang kami maksudkan." Rasulullah Saw.
bersabda: Orang yang paling mulia ialah Yusuf Nabi Allah, putra Nabi Allah dan
juga cucu Nabi Allah, yaitu kekasih Allah. Mereka mengatakan, "Bukan itu
yang kami maksudkan." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Kamu maksudkan
adalah tentang kemuliaan yang ada di kalangan orang-orang Arab?" Mereka
menjawab, "Ya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Orang-orang yang
terhormat dari kalian di masa Jahiliah adalah juga orang-orang yang terhormat
dari kalian di masa Islam jika mereka mendalami agamanya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis
ini bukan hanya pada satu tempat melainkan melalui berbagai jalur dari Abdah
ibnu Sulaiman. Imam Nasai meriwayatkannya di datem kitab tafsir, dari Ubaidah
ibnu Umar Al-Umari dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Muslim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Amr An-Naqid, telah menceritakan kepada kami Kasir
ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid
ibnul Asam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian dan harta
kalian, tetapi Dia memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian. Ibnu Majah
meriwayatkan hadis ini dari Ahmad ibnu Sinan, dari Kasir ibnu Hisyam dengan
sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Waki', dari Abu Hilal, dari Bakar, dari Abu Zarr.a.
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Saw. pernah bersabda kepadanya:
Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan
tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa
kepada Allah. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
Hadis lain.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Abdul Waris ibnu Ibrahim
Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Amr Ibnu Jabalah,
telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Hunain At-Ta'i bahwa ia pernah
mendengar Muhammad ibnu Habib ibnu Khirasy Al-Asri menceritakan hadis berikut
dari ayahnya yang pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Orang-orang muslim
itu bersaudara, tiada keutamaan bagi seseorang atas lainnya kecuali dengan
takwa.
Hadis lain.
Al-Bazzar telah mengatakan di
dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yahya Al-Kufi,
telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnul Husain, telah menceritakan kepada
kami Qais (yakni Ibnur Rabi'), dari Syabib ibnu Urqudah, dari Al-Mustazil ibnu
Husain, dari Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Kamu sekalian adalah anak-anak Adam, dan Adam diciptakan dari tanah;
untuk itu hendaklah suatu kaum tidak lagi membangga-banggakan orang-orang
tuanya, atau benar-benar mereka lebih rendah dari serangga tanah menurut Allah
Swt.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan
bahwa kami tidak mengenalnya bersumberkan dari Huzaifah kecuali melalui jalur
ini.
Hadis lain.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami
Asad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria Al-Qattan,
telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Dinar,
dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa di hari penaklukkan kota Mekah
Rasulullah Saw. melakukan tawaf di Baitullah dengan mengendarai untanya yang
bernama Qaswa, beliau mengusap rukun dengan tongkat yang dipegangnya. Maka
beliau tidak menemukan ruangan bagi unta Qaswa di dalam Masjidil Haram itu (karena
penuh sesak dengan orang-orang). Akhirnya beliau turun dari untanya dan
menyerahkan untanya kepada seseorang yang membawanya ke luar masjid, lalu
mengistirahatkannya di lembah tempat sa'i. Kemudian Rasulullah Saw. berkhotbah
kepada mereka di atas unta kendaraannya itu, yang dimulainya dengan membaca
hamdalah dan memuji-Nya dengan pujian yang pantas untuk-Nya. Setelah itu beliau
bersabda: Hai manusia, sesungguhnya Allah Swt. telah melenyapkan dari kalian
keaiban masa Jahiliah dan tradisinya yang selalu membangga-banggakan
orang-orang tua. Manusia itu hanya ada dua macam, yaitu orang yang berbakti,
bertakwa, lagi mulia di sisi Allah Swt.; dan orang yang durhaka, celaka, lagi
hina menurut Allah Swt. Kemudian Nabi Saw. membaca firman Allah Swt.: Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13) Setelah itu beliau Saw.
mengucapkan istigfar seperti berikut: Aku akhiri ucapan ini seraya memohon
ampun kepada Allah untuk diriku dan kalian.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Abdu ibnu Humaid, dan Abu Asim Ad Dahhak, dari Makhlad, dari Musa ibnu
Ubaidah dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kam, Ibnu
Lahi’ah, dari Al-Haris ibnu Yazid, dari Ali ibnu Rabah, dari Uqbah ibnu Amr ra
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda.
Sesungguhnya nasab kalian ini bukanlah (sarana) untuk merendahkan siapa pun.
Kamu sekalian adalah anak-anak Adam yang mempunyai martabat yang sama tiada
bagi seseorang keutamaan atas yang lainnya kecuali dengan agama dan takwa.
Cukuplah (keburukan) bagi seseorang bila dia menjadi orang yang tercela, kikir,
lagi buruk kata-katanya.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari
Yunus, dari Ibnu Wahb dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama, yang bunyi
teksnya seperti berikut:
Manusia itu berasal dari Adam dan
Hawa mempunyai martabat yang sama. Sesungguhnya Allah tidak menanyai kedudukan
kalian dan tidak pula nasab kalian di hari kiamat nanti. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa. Tetapi teks hadis ini tidak terdapat di dalam keenam kitab Sittah
melalui jalur ini.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami
Syarik, dari Sammak, dari Abdullah ibnu Umrah (suami Durrah binti Abu Lahab),'
dari Durrah binti Abu Lahab yang menceritakan bahwa seorang lelaki berdiri,
lalu berjalan menuju kepada Nabi Saw. Saat itu beliau berada di atas mimbar,
lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling baik
itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sebaik-baik manusia ialah yang paling
pandai membaca Al-Qur'an, paling bertakwa kepada Allah Swt., paling gencar memerintahkan
kepada kebajikan dan paling tekun melarang perbuatan mungkar, serta paling
gemar bersilaturahmi.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hasan. telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah,
telah menceritakan kepada kami Abul Aswad, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari
Aisyah r.a. yang mengatakan: Tiada sesuatu pun dari duniawi ini yang dikagumi
oleh Rasulullah Saw. dan tiada seorang pun yang dikagumi oleh beliau kecuali
orang yang mempunyai ketakwaan. Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid.
Firman Allah Swt.: {إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13)
Yakni Dia Maha Mengetahui kalian
dan Maha Mengenal semua urusan kalian, maka Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, merahmati
siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya, serta
mengutamakan siapa yang dikehendaki-Nya atas siapa yang dikehendakinya. Dia
Mahabijaksana, Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal dalam semuanya itu.
Ada sebagian ulama yang dengan
berdasarkan ayat yang mulia ini berpendapat bahwa kafa'ah (sepadan) dalam
masalah nikah bukan merupakan syarat, dan tiada syarat dalam pernikahan kecuali
hanya agama, karena firman Allah Swt.:
{إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ} Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa. (Al-Hujurat: 13)
Sedangkan sebagian ulama lainnya
berpegangan kepada dalil-dalil lain yang keterangannya secara rinci disebutkan
di dalam kitab-kitab fiqih, kami telah mengutarakan sebagian darinya di dalam
Kitabul Ahkam.
Imam Tabrani telah meriwayatkan
dari Abdur Rahman, bahwa ia telah mendengar seorang lelaki dari kalangan Bani
Hasyim mengatakan, "Aku adalah orang yang paling utama terhadap Rasulullah
Saw." Maka orang lain mengatakan, "Aku lebih utama terhadapnya
daripadamu, karena aku memiliki hubungan dengannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar