Selasa, 04 Desember 2018

Jangan Remehkan Potensi Anak


Seorang anak merupakan anugerah dari Allah yang kadang tidak semua orang bisa rasakan, karena banyak diluar sana orang yang sudah menikah lama sekali tapi belum juga dikaruniakan buah hati. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [l86] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S 3:14).

Setiap anak yang Allah titipkan pada kita sudah Allah berikan bekal dan potensi untuk dia dapat bertahan hidup yang dia bawa dari lahir sampai meninggal yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (Q.S 16:78).

Sebagai orang tua yang baik, kita berkewajiban untuk menuntun dan mengarahkan anak kita untuk bertaqwa kepada Allah sebagaimana pesan dari Allah melalui Nabi-Nya “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (Q.S 2:132) dan Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Q.S 31:17).

Sehingga tujuan hidup yang kita dambakan pun akan terwujud yaitu masuk surga sekeluarga, Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka [l427], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya (Q.S. 52:21). [1427] Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak-bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.

Namun, banyak para orang tua yang membuat potensi anak menjadi kurang berkembang atau lamban yang seharusnya dia bisa lakukan pada usia tersebut. Salah satunya adalah memberikan kasih sayang yang berlebihan atau memanjakan anak. Contohnya pertama, seperti rasa kasihan yang salah tempat, kadang sebagai orang tua ada yang merasa kasihan pada anak ketika melakukan pekerjaan rumah yang padahal dia mampu melakukan sendiri. Sehingga anak besar menjadi malas, egois dan suka merintah. Kasihan pada anak bukan memberikan semua yang dia inginkan tetapi kasihanlah pada anak yang sudah besar tidak bisa apa-apa, tidak bisa mandiri.

Kedua, suka berbohong. Rasa kasih sayang yang besar diberikan kepada anak kadang orang tua suka mengiming-imingi hadiah pada anak ketika berhasil melakukan sesuatu, tetapi orang tua tidak menepatinya. Keseringan melakukan hal tersebut tidak hanya membuat anak kecewa tetapi berakibat meniru apa yang kita lakukan. Pintar membuat alasan dan suka berbohong. Berilah yang kita mampu berikan, cukup memberikan waktu kita untuk bermain dirumah bersama anak sebagai apresiasi terhadap keberhasilan anak. Anak akan lebih senang dan lebih dekat dengan orang tuanya daripada sering diiming-imingi materi, apalagi sampai sering pula tidak wujudkan.

Ketiga, menyalahkan orang lain atas kesalahan anak. Kebanyakan orang tua ketika anaknya menangis, maka mereka akan mencari sesuatu untuk disalahkan seperti ada kodok, ada kodok, atau ini jalannya nakal nih dll. Maka anak akan mudah pula menyalahkan orang lain atas kesalahannya. Menyalahkan orang tuanya, menyalahkan temannya tanpa menyadari kesalahan dirinya terlebih dahulu. Padahal kita bisa bilang ke anak, kamu larinya terlalu cepat jadi kamu jatuh, jika jatuh lagi larinya lebih pelan lagi nanti kamu bisa jatuh lagi dll. InsyaAllah anak akan mengerti dan menyadari kesalahannnya.

Sebagai orang tua memang kita sangat sayang sekali terhadap anak. Ingin membuat anak selalu senang, selalu bahagia. Tetapi sedikit sekali yang mengerti kesenangan dan kebahagiaan anak yang sesungguhnya. Bukanlah dari materi yang kita berikan atau memanjakan anak, yaitu membuat anak mampu mandiri dan berdikari. Karena tidak ada yang tahu dan tidak ada yang menjamin kita sebagai orang tuanya masih hidupkah besok? “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar” (Q.S 4:9).


Berikut gambar kemampuan anak berdasarkan usianya menurut ahlinya dalam melakukan pekerjaan rumah:










Tidak ada komentar:

Posting Komentar