Senin, 14 Mei 2018

Kamu CINTA versi mana???


Sebenernya masalah ini sudah basi bagi saya, ketika seseorang melampiaskan rasa cintanya kemana dan seperti apa. Sepertinya udah dari sananya manusia itu ingin mencintai dan dicintai ketika dimulai masa-masa remaja terutama terhadap lawan jenis. Kalau nikah sih gapapa, permasalahannya kalau pacaran, karena awalnya saya kira pihak perempuan yang dirugikan. Tapi ternyata mereka berdua sama-sama menikmati. Yang perempuannya bahagia aja tuh, apalagi yang lakinya.

Bukan masalah ini benar atau salah. Saya kira kita disini sudah dewasa, tau lah mana yang benar dan yang salah. Dosa dan pahala tanggungan masing-masing. Mungkin ini terinspirasi dari kisah2 cinta di film. Ada yang versi FTV, versi Drakor, Versi boliwod, versi sinetron, dll. Saya tambah satu versi mungkin ini tidak ada di film, versi islam.

Kecuali islam, semua versi cinta tersebut hanyalah fiktif, mungkin dari film tersebut ada yang terinspirasi dari kisah nyata yg sudah di edit2 atau ada juga yang dari film dicontohkan oleh org yg menontonnya ke dunia nyata. Itu hak setiap orang. Tapi menurut saya versi islam lah yang memberikan kesan paling dalam. Islam itu realitas dan banyak hikmah. Tanpa embel embel pacaran dan maksiat di islam banyak pelajaran yang bisa diambil bagi org2 yang berpikir.

Saya sendiri tidak pernah pacaran, Alhamdulillah, itu diluar nalar saya, semua kehendak Allah, kenapa dan bagaimana tidak perlulah saya ceritakan kisah hidup saya. Tidak penting. Karena yang paling penting adalah kisah cinta versi islam di bawah ini:

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amru an-Nakh’iy berkata: “Terdapat seorang pemuda yang sangat tampan rupawan di negeri Kufah, terkenal dengan ketaatannya dalam ibadah. Suatu ketika dia singgah di salah satu tempat yang bernama Nakh’iy. Maka tanpa disengaja dia melihat seorang dara dari anak dusun tersebut yang cantik jelita membuat dirinya kehilangan akal dan terpesona padanya. Bagai gayung bersambut, sang dara pun memiliki perasaan yang sama. Singkat cerita sang pemuda mengirim utusan kepada orang tua gadis itu untuk melamarnya, namun sayang seribu sayang, sang gadis telah dipertunangkan dengan salah seorang anak pamannya.  
Tatkala cinta telah bersemi di hati kedua anak manusia tersebut dan kasmaran melanda keduanya maka sang gadis melayangkan sepucuk surat pada sang pemuda yang berisikan: “Engkau telah mengetahui betapa cintaku padamu demikian juga halnya yang terjadi padamu. Maka jikalah engkau sudi, aku tidak keberatan akan datang mengunjungimu atau aku akan carikan jalan agar engkau dapat masuk ke rumahku” Sang pemuda menjawab, “Tidak, tidak satupun dari dua pilihan tersebut berkenan di hatiku. Aku khawatir bermaksiat menentang Tuhanku pada hari yang sangat dahsyat azabnya.
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku” (Al-An’am: 15). “Aku begitu takut api neraka yang tidak pernah padam membakarku.”

Tatkala sang utusan gadis tersebut menyampaikan apa yang dia dengar dari sang pemuda, dia berkata, “Apakah begitu besarnya rasa takutnya kepada Allah? Demi Allah, selayaknya begitulah perasaan setiap hamba kepada Tuhannya”. Sejak saat itu sang gadis berubah total dengan ibadah dan zuhudnya meninggalkan gemerlap dunia seisinya, menyibukkan diri dengan ibadah walaupun ingatannya kepada pemuda tersebut tidak pernah pupus, terus bergejolak membakar cintanya hingga membuatnya menjadi kurus kering hingga kematian datang menjemputnya.

Adapun sang pemuda, terkadang datang menziarahi kuburnya, mendoakannya sambil menangis. Suatu saat sang pemuda tertidur di sisi kuburnya dan bermimpi berjumpa dengan gadis impiannya tersebut dalam keadaan yang sangat memesona.

Sang pemuda bertanya padanya, “Bagaimanakah keadaanmu sekarang setelah engkau pergi meninggalkanku?”

Sang gadis menjawab, ”Sungguh, benar-benar dalam keadaan yang terbaik, alangkah indahnya cinta yang kau berikan padaku, cinta yang menggiringku pada setiap kebaikan dan ketaatan.”

Sang pemuda kembali bertanya, “Dimanakah kini kamu berada?”

Sang gadis menjawab, ”Dalam surga yang penuh kenikmatan dan tiada berkesudahan.”

Sang pemuda berkata, “Ingatlah daku selalu di tempatmu sana sebab aku tidak pernah sekalipun melupakanmu.”

Berkata sang gadis, ”Demikian pula dengan diriku, demi Allah tidak pernah sekalipun melupakanmu, bahkan aku telah bermohon kepada Allah Sang Majikanku agar dapat mengumpulkan kita di tempat ini, maka bantulah aku dengan bersungguh-sungguh dalam ibadahmu.”

Berkata sang pemuda, “Kapankah aku dapat bersua denganmu?

Sang gadis menjawab, “Sebentar lagi engkau akan segera datang menemui kami di sini.”

Singkat cerita setelah tujuh hari pemuda itupun wafat—semoga Allah merahmatinya. Inilah antara iman dan cinta. Keduanya berawal dari hal yang mesti dipilih namun pada akhirnya keduanya bisa dimiliki.
Dalam islam, biarpun berakhir tragis tapi happy ending, beda dengan film yang berakhir tragis pasti bad ending. Tidak perlu diceritakan yang happy ending di film karena pasti mereka berdua terus bersama, bahagia, selamanya. Kalo kamu cinta versi mana???
Wallahu’alam.
Sebenernya mau nambahin kisah cinta versi islamnya ummi pipik dan uje, mushab bin umair dan istrinya sama kalung Khadijah diberikan ke Nabi. Kepanjangan ga sih??
Sumber kisah : www.kuttabalfatih.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar