Senin, 20 April 2020

Menjadikan Visi Misi Pernikahan yang Konkrit

Alangkah baiknya setiap orang dalam hidupnya memiliki tujuan, sehingga hidupnya menjadi terukur dan terarah. Minimal bagi seorang muslim memiliki visi misi hidup untuk mencari ridho dan ampunan Allah. Karena manusia tidak diciptakan kecuali untuk beribadah hanya kepada Allah. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).

Apalagi dalam pernikahan, visi misi pernikahan merupakan hal yang penting. Karena pernikahan adalah ibadah seumur hidup bagi keduanya. Jika dua kepala, dua pemikiran, dua pemahaman tidak dibingkai dalam satu visi misi yang sama, maka wajar bila terjadi perdebatan bahkan baku hantam. Ribut adalah makanan pokok sehari-hari. Tidak jelas mau dibawa kemana pernikahannya tersebut.

Visi misi pernikahan kebanyakan orang minimal adalah menikah untuk beribadah kepada Allah. Alhamdulillah, banyak orang yang tadinya jarang beribadah setelah menikah menjadi rajin beribadah. Sebelum ke langkah konkrit, saya coba memberikan sedikit resep agar pernikahan selalu harmonis, pun bila ada masalah, hanya masalah yang tak berarti.

Selasa, 04 Desember 2018

Jangan Remehkan Potensi Anak


Seorang anak merupakan anugerah dari Allah yang kadang tidak semua orang bisa rasakan, karena banyak diluar sana orang yang sudah menikah lama sekali tapi belum juga dikaruniakan buah hati. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [l86] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S 3:14).

Setiap anak yang Allah titipkan pada kita sudah Allah berikan bekal dan potensi untuk dia dapat bertahan hidup yang dia bawa dari lahir sampai meninggal yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (Q.S 16:78).

Sabtu, 01 September 2018

*Terapi Peluk dan Reframing*

Hatiku bergetar...
Air mataku meleleh saat membaca ini...
Karena cerita ini adalah cerminan diriku di masa lalu 
Semoga menjadi hikmah....
*Terapi Peluk dan Reframing*
"Mba Noov, gimana sih caranya jadi ibu yang sabar, yang lembut, yang gak gampang marah-marah sama anak, yang gak suka nyubit."
Hmmm saya sebenarnya bingung kalo ditanya begitu. Karena dasarnya, saya itu punya bakat pemarah dan kasar. Tapi kalo boleh saya mau sharing pengalaman saya mengelola emosi yang masih berproses hingga sekarang.
Kalau yang mengikuti status saya dari dulu dulu, pasti tahu saya punya innerchild yang sedang saya sembuhkan. Alhamdulillah nya, Allah menjodohkan saya dengan seorang lelaki yang sebelumnya sudah punya 'kabel pengasuhan' yang baik dari orang tuanya. Sehingga, saya bisa belajar tentang menjadi orang tua yang lembut darinya dan keluarganya.
Perjalanan pengelolaan emosi saya berawal sejak hari pertama menikah. Suami saya, dengan tegas tapi lembut mengatakan bahwa tidak boleh ada marah-marah, bentak-bentak, teriak-teriak, atau pukul-pukul di keluarga kami. Baik untuk hubungan suami istri maupun orang tua ke anak.
Maka, saya coba pegang betuul nasihat suami saya ini. Tapii, tentu saja praktiknya tidak semudah dan semulus ituu. Saya yang dasarnya mudah marah tidak bisa serta merta jadi istri dan ibu yang lembut.
Awalnya, setiap kali mau marah, saya memilih time out. Lariiii. Bersembunyiii. Menenangkan diri sejenak agar siap menghadapi anak yang tantrum dengan senyuman. Sesaat cara ini berhasil membuat saya tidak marah-marah. Tapi kemudian, setelah lama memperhatikan, suami saya komplain.
"Kok bisa, Qairina nangis begitu mamahnya malah kabur. Menenangkan diri sendiri. Apanya yang harus ditenangkan? Siapa yang sebenarnya perlu ditenangkan?"

Sabtu, 30 Juni 2018

Fenomena memberi nama anak di Indonesia


Manusia dan budaya adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Adanya budaya karena adanya manusia itu sendiri. Manusia menciptakan budaya untuk memudahkan kehidupannya terutama dalam bermasyarakat. Jika ada yang tidak sesuai dengan budaya di komunitas masyarakat setempat maka akan dianggap aneh, minimal terlihat aneh. Ini hanya budaya yang normatif yah.

Salah satunya adalah budaya memanggil nama di Indonesia. Biasanya masyarakat kita memanggil nama hanya satu penggalan kata yang mudah dilafazkan, enak diucap dan enak didengar. Misalnya nama saya jefry maka saya dipanggil jef, atau missal andi dipanggi di, hasan dipanggil has atau san, rohman dipanggil man, ga mungkin roh.

Sabtu, 26 Mei 2018

Dompet Dhuafa Memberikan Harapan Masa Depan


Dompet Dhuafa memiliki program pendidikan yang diterima manfaatnya oleh anak-anak yang memiliki nasib kurang beruntung. Sehingga dengan program pendidikan Dompet Dhuafa anak-anak tersebut memiliki harapan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik dan meraih cita-citanya. Karena angka kemiskinan di indonesia masih cukup tinggi. Anak-anak yang tidak bisa melajutkan pendidikan pun masih tinggi.

Dari media CNN Indonesia pada 18 April 2017 mengabarkan bahwa, data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Begitupula data statistik yang dikeluarkan oleh BPS, bahwa di tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Sabtu, 19 Mei 2018

Untuk para orang tua, calon orang tua, kenalilah anakmu!


Seorang anak tidak pernah minta untuk dilahirkan. Ketika sudah jadi orang tua, jadilah orang tua yang baik. Kita pasti pernah jadi anak-anak, seharusnya mengerti apa keinginan anak-anak kepada orang tua. Anak-anak tidak mau dimarahi, tidak mau dibentak, tidak mau dipukul. Biasanya anak-anak yang sering dimarahi akan mudah marah ke saudaranya atau ke orang lain, kalau sering dibentak akan mudah membentak saudaranya dan orang lain, kalau sering dipukul akan mudah memukul saudaranya dan orang lain. Seorang anak hanya mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya.

kalau orang tuanya baik kaya malaikat, anaknya akan lebih lucu dan lebih baik dari malaikat. kalau orang tuanya jahat kaya iblis, anaknya akan lebih kejam dan lebih jahat dari iblis. Karena seorang anak tidak tau apa yang dilakukannya benar atau salah, yang dia tau karena orang tuanya melakukannya seperti itu.

Lah, kalau anaknya nakal gimana? Orang tua itu hanya memberikan petunjuk, memberikan arah ke jalan yang benar kepada anak. Tidak perlu marah, bentak, mukul. Sebenernya ga ada anak yang nakal, hanya anak-anak itu belum tau perbuatanya berbahayakah? Merugikankah? Negatifkah? Anak kita masih manusia kan? Masih bisa diajak ngobrol, masih bisa dikasih pengertian, masih bisa dikasih hadiah (jajan permen) terus nurut lagi, bukan ANJING, MONYET atau BABI, susahlah, binatang.

Senin, 14 Mei 2018

Kamu CINTA versi mana???


Sebenernya masalah ini sudah basi bagi saya, ketika seseorang melampiaskan rasa cintanya kemana dan seperti apa. Sepertinya udah dari sananya manusia itu ingin mencintai dan dicintai ketika dimulai masa-masa remaja terutama terhadap lawan jenis. Kalau nikah sih gapapa, permasalahannya kalau pacaran, karena awalnya saya kira pihak perempuan yang dirugikan. Tapi ternyata mereka berdua sama-sama menikmati. Yang perempuannya bahagia aja tuh, apalagi yang lakinya.

Bukan masalah ini benar atau salah. Saya kira kita disini sudah dewasa, tau lah mana yang benar dan yang salah. Dosa dan pahala tanggungan masing-masing. Mungkin ini terinspirasi dari kisah2 cinta di film. Ada yang versi FTV, versi Drakor, Versi boliwod, versi sinetron, dll. Saya tambah satu versi mungkin ini tidak ada di film, versi islam.

Kecuali islam, semua versi cinta tersebut hanyalah fiktif, mungkin dari film tersebut ada yang terinspirasi dari kisah nyata yg sudah di edit2 atau ada juga yang dari film dicontohkan oleh org yg menontonnya ke dunia nyata. Itu hak setiap orang. Tapi menurut saya versi islam lah yang memberikan kesan paling dalam. Islam itu realitas dan banyak hikmah. Tanpa embel embel pacaran dan maksiat di islam banyak pelajaran yang bisa diambil bagi org2 yang berpikir.

Saya sendiri tidak pernah pacaran, Alhamdulillah, itu diluar nalar saya, semua kehendak Allah, kenapa dan bagaimana tidak perlulah saya ceritakan kisah hidup saya. Tidak penting. Karena yang paling penting adalah kisah cinta versi islam di bawah ini: